Di tengah persaingan dunia kerja yang begitu ketat, dimana saat ini jumlah lapangan kerja dibandingkan dengan jumlah pencari kerja tidak seimbang. Apalagi di tahun mendatang Indonesia sudah menuju pasar bebas. Dimana tenaga kerja dari luar negeri bisa masuk ke Indonesia dengan leluasa. Dari dalam negeri sendiri saja sekitar jutaan orang yang lulusan sarjana dan ahli madya masih belum mendapatkan pekerjaan.
Bahkan sekarang muncul fenomena gelar akademis palsu di Indonesia. Gelar akademis setingkat sarjana dan ahli madya dapat diperoleh hanya dalam waktu satu bulan dengan cukup membayar beberapa puluh juta saja. Ijazah dan nilai dapat diatur secara fleksibel. Bahkan nilai bisa muncul tanpa ada perkuliahan dan ujian yang jelas.
Jika diibaratkan gelar sarjana dan ahli madya tersebut sebagai sebuah produk, maka produk tersebut sekarang sudah menjadi komoditas alias orang-orang yang bergelar sarjana dan ahli madya menjadi komoditas dan tidak menunjukkan sebuah tingkat kompetensi yang signifikan. Untuk itu perlu adanya cara untuk membedakan diri dengan yang lain. Gelar sarjana dan ahli madya tidak cukup, kompetensi sering kali akan lebih menentukan. Untuk itu pula, gelar sarjana dan ahli madya yang diperoleh perlu diikuti dengan suatu cara untuk memasarkan diri alias marketing yourself.
Jika diibaratkan kita bagaikan produk, dan tidak boleh terjebak menjadi komoditas. Untuk itu, perlu adanya identifikasi dari setiap orang untuk mengetahui segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya dan selain itu bagaimana program pendidikan yang ditempuh seseorang dapat memberikan suatu nilai beda (differentiation value) dibandingkan sesama lulusan yang menempuh pendidikan yang sama. Nilai beda tersebut yang akan membuat kita dipandang mampu memberikan sesuatu yang signifikan serta memberikan kontribusi di atas rata-rata yang mampu diberikan oleh kebanyakan orang yang terjebak dalam persaingan komoditas yang hanya memasarkan gelar.
Gelar yang kita miliki seperti atribut dalam produk seperti mobil dengan atribut desain yang aerodinamis, sistem transmisi otomatis dan fasilitas yang lengkap. Semua itu belum cukup karena dapat dengan mudah ditiru oleh pesaing. Demikian halnya dengan gelar yang juga akan mudah dimiliki oleh pesaing dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan yang menawarkan hal yang sama.
Maka dari itu, seseorang harus mampu menggabungkan berbagai atribut yang ada dalam dirinya dan tidak cukup hanya gelar untuk membuat diri seseorang memiliki sesuatu yang berbeda, different from others sehingga tidak cukup hanya memberikan nilai tambah, tetapi juga nilai beda (differentiation value) yang membuat pasar kerja (competency market) merasa pantas dan valuable untuk menggunakan kompetensi yang dimiliki.
Dengan adanya penggabungan berbagai kelebihan dan kompetensi yang dimiliki akan membuat seseorang tampil beda dibandingkan dengan yang lain. Sebuah gelar akan didapat dengan mudah dan akses yang banyak, tetapi penggabungan berbagai kompetensi dan sumber daya yang dimiliki seseorang bukanlah hal yang mudah karena kompetensi dan pengalaman bukanlah hal yang gampang ditiru oleh pesaing kita walaupun memiliki tingkat pendidikan dan gelar yang sama.
Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari juga membutuhkan konsep marketing. Cerita tersebut menunjukkan bagaimana seseorang mahasiswa ataupun pencari kerja dapat menggunakan konsep marketing untuk memasarkan dirinya sendiri menuju competency market.
Nama seseorang merupakan sebuah merek (brand), sedangkan produk yang kita hasilkan merupakan berbagai keunggulan, kompetensi dan kelebihan yang kita miliki harus berbeda dengan produk pesaing yang ditawarkan oleh pesaing kita. Jadi, tunggu apa lagi? Mulailah menganalisa atribut yang ada pada diri anda: apa kelebihan, kekurangan, kesempatan dan ancaman dan tentu saja apa yang berbeda dari diri anda dibandingkan dengan seluruh orang didunia ini. Dan lihatlah apakah ada perbedaan yang signifikan yang dapat mempengaruhi pasar kerja dalam menilai anda. Jika ya, saatnyalah untuk menggunakan konsep pemasaran dalam “menjual diri” anda.
oleh : Bima Nur Riedqhie
Presiden IMA S.C. Undip 2007/2008
Bahkan sekarang muncul fenomena gelar akademis palsu di Indonesia. Gelar akademis setingkat sarjana dan ahli madya dapat diperoleh hanya dalam waktu satu bulan dengan cukup membayar beberapa puluh juta saja. Ijazah dan nilai dapat diatur secara fleksibel. Bahkan nilai bisa muncul tanpa ada perkuliahan dan ujian yang jelas.
Jika diibaratkan gelar sarjana dan ahli madya tersebut sebagai sebuah produk, maka produk tersebut sekarang sudah menjadi komoditas alias orang-orang yang bergelar sarjana dan ahli madya menjadi komoditas dan tidak menunjukkan sebuah tingkat kompetensi yang signifikan. Untuk itu perlu adanya cara untuk membedakan diri dengan yang lain. Gelar sarjana dan ahli madya tidak cukup, kompetensi sering kali akan lebih menentukan. Untuk itu pula, gelar sarjana dan ahli madya yang diperoleh perlu diikuti dengan suatu cara untuk memasarkan diri alias marketing yourself.
Jika diibaratkan kita bagaikan produk, dan tidak boleh terjebak menjadi komoditas. Untuk itu, perlu adanya identifikasi dari setiap orang untuk mengetahui segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya dan selain itu bagaimana program pendidikan yang ditempuh seseorang dapat memberikan suatu nilai beda (differentiation value) dibandingkan sesama lulusan yang menempuh pendidikan yang sama. Nilai beda tersebut yang akan membuat kita dipandang mampu memberikan sesuatu yang signifikan serta memberikan kontribusi di atas rata-rata yang mampu diberikan oleh kebanyakan orang yang terjebak dalam persaingan komoditas yang hanya memasarkan gelar.
Gelar yang kita miliki seperti atribut dalam produk seperti mobil dengan atribut desain yang aerodinamis, sistem transmisi otomatis dan fasilitas yang lengkap. Semua itu belum cukup karena dapat dengan mudah ditiru oleh pesaing. Demikian halnya dengan gelar yang juga akan mudah dimiliki oleh pesaing dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan yang menawarkan hal yang sama.
Maka dari itu, seseorang harus mampu menggabungkan berbagai atribut yang ada dalam dirinya dan tidak cukup hanya gelar untuk membuat diri seseorang memiliki sesuatu yang berbeda, different from others sehingga tidak cukup hanya memberikan nilai tambah, tetapi juga nilai beda (differentiation value) yang membuat pasar kerja (competency market) merasa pantas dan valuable untuk menggunakan kompetensi yang dimiliki.
Dengan adanya penggabungan berbagai kelebihan dan kompetensi yang dimiliki akan membuat seseorang tampil beda dibandingkan dengan yang lain. Sebuah gelar akan didapat dengan mudah dan akses yang banyak, tetapi penggabungan berbagai kompetensi dan sumber daya yang dimiliki seseorang bukanlah hal yang mudah karena kompetensi dan pengalaman bukanlah hal yang gampang ditiru oleh pesaing kita walaupun memiliki tingkat pendidikan dan gelar yang sama.
Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari juga membutuhkan konsep marketing. Cerita tersebut menunjukkan bagaimana seseorang mahasiswa ataupun pencari kerja dapat menggunakan konsep marketing untuk memasarkan dirinya sendiri menuju competency market.
Nama seseorang merupakan sebuah merek (brand), sedangkan produk yang kita hasilkan merupakan berbagai keunggulan, kompetensi dan kelebihan yang kita miliki harus berbeda dengan produk pesaing yang ditawarkan oleh pesaing kita. Jadi, tunggu apa lagi? Mulailah menganalisa atribut yang ada pada diri anda: apa kelebihan, kekurangan, kesempatan dan ancaman dan tentu saja apa yang berbeda dari diri anda dibandingkan dengan seluruh orang didunia ini. Dan lihatlah apakah ada perbedaan yang signifikan yang dapat mempengaruhi pasar kerja dalam menilai anda. Jika ya, saatnyalah untuk menggunakan konsep pemasaran dalam “menjual diri” anda.
oleh : Bima Nur Riedqhie
Presiden IMA S.C. Undip 2007/2008