Hai Marketers :)
Check this awesome video..
Taken by Anggit Vikasari
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MAE) yang merupakan kesepakatan negara-negara ASEAN dalam meningkatkan kerja sama bidang perekonomian akan diberlakukan pada 31 Desember 2015. Bentuk kerja sama ini bertujuan agar terciptanya aliran bebas barang, jasa, dan tenaga kerja terlatih, serta aliran investasi yang lebih bebas.
Indonesia yang merupakan salah satu negara yang ikut ambil bagian dalam MEA 2015 memiliki potensi dan peluang yang besar untuk meningkatkan perekonomian nasional. Dari data Bank Dunia 2011 memperlihatkan bahwa Indonesai mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi di negara-negara ASEAN dan berada pada urutan ke tiga di Asia setelah China dan India. Selain itu, realisasi investasi Indonesia pada tahun 2012 mencapai Rp 313,2 triliun yang merupakan nilai tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.
Kekuatan Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 terletak pada pertumbuhan makro-ekonomi yang meningkat terlihat dari data yang dihimpun dalam Bank Dunia tahun 2011 menjelaskan Debt to GDP Ratio (Rasio Hutang terhadap PDB) Indonesia cukup rendah dibanding negara ASEAN lainnya yaitu 24%. Total PDB Indonesia sebesar US$ 846 milyar pada tahun 2011 yang merupakan terbesar di ASEAN dan ke-16 di dunia. Indonesia juga merupakan satu-satunya anggota ASEAN yang menjadi anggota G20.
Kekuatan dan kesempatan Indonesia untuk menjadi pemenang dalam persaingan yang akan diberlakukan mulai 2015 mendatang memang sangat tinggi, tetapi dibalik kekuatan yang dimiliki Indonesia masih mempunyai banyak kelemahan. Kelemahan utama Indonesia terletak pada sinkronisasi program dan kebijakan antar pemerintah daerah dan pusat serta mind-set masyarakat khususnya para pelaku usaha yang belum seluruhnya melihat peluang pengembangan perekonomian di MEA 2015 mendatang.
Melihat keadaan yang terjadi sekarang ini Indonesia sebenarnya belum siap menghadapi MEA 2015 walaupun mempunyai peluang dan kekuatan tinggi. Laporan Kementerian Koordinator Perekonomian mengungkapkan bahwa Neraca Perdagangan Indonesia sejak tahun 2005 setiap tahunnya mengalami defisit yang meningkat di negara-negara ASEAN.
Indonesia yang merupakan salah satu negara yang ikut ambil bagian dalam MEA 2015 memiliki potensi dan peluang yang besar untuk meningkatkan perekonomian nasional. Dari data Bank Dunia 2011 memperlihatkan bahwa Indonesai mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi di negara-negara ASEAN dan berada pada urutan ke tiga di Asia setelah China dan India. Selain itu, realisasi investasi Indonesia pada tahun 2012 mencapai Rp 313,2 triliun yang merupakan nilai tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.
Kekuatan Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 terletak pada pertumbuhan makro-ekonomi yang meningkat terlihat dari data yang dihimpun dalam Bank Dunia tahun 2011 menjelaskan Debt to GDP Ratio (Rasio Hutang terhadap PDB) Indonesia cukup rendah dibanding negara ASEAN lainnya yaitu 24%. Total PDB Indonesia sebesar US$ 846 milyar pada tahun 2011 yang merupakan terbesar di ASEAN dan ke-16 di dunia. Indonesia juga merupakan satu-satunya anggota ASEAN yang menjadi anggota G20.
Kekuatan dan kesempatan Indonesia untuk menjadi pemenang dalam persaingan yang akan diberlakukan mulai 2015 mendatang memang sangat tinggi, tetapi dibalik kekuatan yang dimiliki Indonesia masih mempunyai banyak kelemahan. Kelemahan utama Indonesia terletak pada sinkronisasi program dan kebijakan antar pemerintah daerah dan pusat serta mind-set masyarakat khususnya para pelaku usaha yang belum seluruhnya melihat peluang pengembangan perekonomian di MEA 2015 mendatang.
Melihat keadaan yang terjadi sekarang ini Indonesia sebenarnya belum siap menghadapi MEA 2015 walaupun mempunyai peluang dan kekuatan tinggi. Laporan Kementerian Koordinator Perekonomian mengungkapkan bahwa Neraca Perdagangan Indonesia sejak tahun 2005 setiap tahunnya mengalami defisit yang meningkat di negara-negara ASEAN.
Indonesia dengan kekayaan alam yang besar ternyata ekspornya hanya didominasi oleh barang-barang berupa bahan baku alam (raw material), seperti batubara, minyak nabati, gas, dan minyak bumi. Indonesia masih kalah bersaing dengan negara-negara industri utama ASEAN seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Pengolahan bahan baku alam yang merupakan hasil Indonesia masih selalu dilakukan oleh negara lain, Indonesia belum mampu menguasai kekayaan alamnya sendiri.
Peran Generasi Muda dalam MEA
Kondisi seperti ini perlu adanya penyadaran bagi kaum-kaum muda sebegai generasi penerus bangsa ini. Generasi muda harus mempersiapkan dirinya ketika pasar bebas ASEAN sudah diberlakukan. Keberlanjutan negara ini ada di tangan kaum muda-mudi, ketika kesadaran akan pentingnya membenahi diri untuk menghadapi MEA bagi para generasi muda tidak ada, Indonesia nantinya akan terjual ke negara lain dan negara indonesai akan dikuasai oleh negara lain.
Dukungan dari generasi muda untuk menghadapi MEA merupakan salah satu kekuatan Indonesia untuk dapat bertahan dalam persaingan pasar bebas. Generasi muda perlu membuat berbagai kegiatan diantaranya yaitu menciptakan usaha sendiri selagi mahasiswa, mensosialisasikan MEA dan mengajak kaum muda lain untuk meningkatkan daya wirausaha sehingga usaha-usaha baru akan muncul dan bisa mempertahankan perekonomian negara. Generasi muda merupakan salah satu tonggak keberhasilan tujuan negara, karena kaum mudalah pemegang keberlanjutan negara.
sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/02/25/peran-mahasiswa-menghadapi-pasar-bebas-asean-634662.html
Semoga bermanfaat ya. Salam marketing!
Oleh : Gesti Nopelia
Semoga bermanfaat ya. Salam marketing!
Oleh : Gesti Nopelia
HADAPI MEA 2015, INDONESIA SIAP DI SEKTOR INDUSTRI NAMUN LEMAH
DI SEKTOR JASA...
Sourceimg: indonesia.kontan |
Salam Marketing Indonesia..
Hai marketers. Pada kesempatan kali
ini masih akan membahas informasi seputar MEA. Tahukah marketers? Menyongsong 2015
nanti, ternyata para negara anggota ASEAN telah membuat kesepakatan bersama mengenai
sektor-sektor apa saja yang nantinya akan diperdagangkan secara resmi dan bebas
di pasar MEA.
Berdasarkan kesepakatan ASEAN diperoleh
hanya delapan yang akan diperdagangkan
dari sektor jasa, di antaranya yaitu jasa medical (pengobatan/dokter), jasa nurse (perawat), jasa arsitektur, jasa engineering (tenaga ahli), jasa dental
(dokter gigi), jasa akunting, jasa tenaga survei, dan jasa tourisme (pariwisata).
Sebenarnya jika kita perhatikan, peluang
Indonesia atas 8 sektor jasa tersebut cukup besar untuk menguasai pasar tenaga
kerja di ASEAN, apabila sektor ketenagakerjaan di dalam negeri kita terus
ditingkatkan dan diperbaiki termasuk kualitas dan kuantitasnya. Selain itu
sangat penting pula memperbaiki sistemnya seperti regulasi dan sertifikasi yang
telah ada.
Sourceimg: economy.okezone.com |
Namun, pada kenyataannya saat ini dilihat
dari kualitas tenaga kerja, Indonesia hanya unggul di dua sektor yaitu sektor
pariwisata dan sektor otomotif. Hal tersebut karena kedua sektor sudah siap
dengan sertifikasi dan standardisasi dari aktivitas produksi hingga
pengembangan. Lain halnya dengan sektor tenaga kerja lainnya yang masih cukup
tertinggal sehingga masih terus diperlukan upaya pengejaran standarisasi dan
peningkatan kualitas.
Sementara itu,
sampai saat ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI Ansari Bukharioptimis
pada perkembangan sektor industri nasional. Menurut
beliau berdasarkan survei kondisi yang telah dilakukan, industri nasional tidak
akan mendapat goncangan kencang saat masyarakat ekonomi ASEAN (MEA)
diberlakukan di akhir tahun 2015. Bahkan jumlah pelaku industri sendiri diklaim
tidak akan mengalami penyusutan.
Melihat kondisi tersebut sudah seharusnya bukan
Indonesia menguasai banyak sektor yang nantinya akan diperdagangkan? Setidaknya
empat sektor jasa agar tidak dikuasai oleh negara tetangga, seperti sektor logistik,
jasa, kesehatan, dan pariwisata agar mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri
seperti yang ditekankan oleh Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian
Perdagangan RI.
Lantas,
bagaimanakah peran kita, wahai marketers muda dalam berkontribusi dan bersaing
menghadapi kompetisi berbagai sektor di MEA 2015? SO, LET’S GET PREPARED, NOTHING IS IMPOSSIBLE !
Referensi:
Compiled
by Anggit Vikasari
Salam Marketing!
Kali ini saya akan share tentang biografi seorang tokoh sukses di Indonesia. Beliau adalah seorang pengusaha sukses yang usahanya bergerak di bidang keuangan, properti dan merambat pula di bidang multimedia. Bagaimanakah perjuangan beliau dalam merintis karirnya ini? Berikut saya mengutip sebuah artikel tentang beliau :
Nah, itu tadi biografi beliau. Kita dapat memetik banyak pelajaran dari beliau. Untuk menjadi pengusaha sukses, kita harus berani mengambil segala peluang dan resikonya, jangan mudah menyerah dengan keadaan, serta kemampuan marketing sangat perlu kita miliki. karena keberhasilan kita dalam me-market-kan usaha membuat usaha yang kita dirikan ini akan bertahan lama.
Sekian dulu post saya hari ini, semoga bermanfaat untuk pembaca.
Oleh : Gesti Nopelia
Kali ini saya akan share tentang biografi seorang tokoh sukses di Indonesia. Beliau adalah seorang pengusaha sukses yang usahanya bergerak di bidang keuangan, properti dan merambat pula di bidang multimedia. Bagaimanakah perjuangan beliau dalam merintis karirnya ini? Berikut saya mengutip sebuah artikel tentang beliau :
Chairul Tanjung lahir di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1962. Orang tua Chairul Tanjung bernama A.G Tanjung (Ayah) yang berketurunan Batak sedangkan ibunya bernama Halimah adalah orang Sunda tepatnya Sukabumi.Awalnya keluarga Chairul Tanjung adalah keluarga yang berlebih, ayahnya adalah seorang wartawan di jaman Presiden Soekarno dan juga menerbitkan majalah lokal yang oplahnya lumayan. Namun kemudia saat era Soeharto, surat kabar dari ayah Chairul Tanjung dicurigai sebagai antek orde lama dan akhirnya dipaksa untuk tutup.Dari sinilah perekonomian keluarganya menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Rumah yang cukup luas yang didiami keluarganya terpaksa harus dijual untuk membayar hutang dan memenuhi kebutuhan hidup. Akhirnya Chairul Tanjung bersama saudara dan orang tuanya harus pindah ke kamar losmen yang sangat sempit.Walau tengah dihimpit kesulitan ekonomi namun ayah dan ibunya ingin anak-anaknya mengenyamm pendidikan setinggi mungkin. Oleh karena itu saat Chairul lulus dari SMA Boedi Oetomo pada tahun 1981, ia kemudian melanjutkan studinya di Kedokteran gigi Universitas Indonesia. Chairul termasuk mahasiswa yang pandai. Ia sempat mendapat penghargaan sebagai mahasiswa teladan tingkat nasional pada tahun 1984-1985.
Kuliah Sambil Berbisnis
Untuk menopang uang sakunya yang jauh dari cukup, Chairul pun berkuliah sambil berbisnis. Awalnya ia berjualan buku kuliah stensilan, kemudian juga berjualan kaos. Ia bersama temannya kemudian juga membuka usaha foto copy di kampusnya. Ia juga membuka kios di daerah Senen Raya Jakarta Pusat yang menyediakan aneka kebutuhan dan peralatan kedokteran dan laboratorium.
Walau ia harus mmebagi waktu antara kuliah dan berbisnis, namun Chairul bisa menyelesaikan kuliah nya di kedokteran gigi dengan baik. Ia kemudian menyandang gelar Sarjana kedokteran dibelakang namanya. Namun karena darah bisnis rupanya lebih kental, ia kemudian memutuskan untuk menjemput rejeki dari bisnis bukan sebagai dokter gigi.
Chairul kemudian lebih memantabkan bisnisnya dengan mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga temannya pada tahun 1987. Bisnis ini bermodalkan hutangan dari bank Exim sebesar 150 juta. Perusahaan Chairul dan temennya ini memproduksi sepatu anak-anak untuk diekspor. Mereka patut berbangga karena begitu mendirikan usaha ini mereka langsung menerima orderan sebesar 160 ribu pasang sepatu dari Itali. Namun kemudian Chairul memutuskan untuk berpisah dan mendirikan usaha sendiri karena ternyata ketiga temannya memiliki visi yang berbeda dengan dirinya
Rahasia Sukes Bisnis Chairul Tanjung
Chairul Tanjung bisa mencapai kesuksesan seperti ini bukan karena beliau adalah orang super. Ini dikarenakan beliau sangat pandai dalam membangun jaringan atau networking. Bagi Chairul, membangun jaringan adalah segalanya bahkann diatas modal itu sendiri. Ketiak bisnisnya lesu maka jaringan bisa diandalkan.Membangun jaringan tidak hanya pada orang atau perusahaan yang sudah ternama saja, pada perusahaan yang belum ternama pun juga perlu karena siapa tahu esoknya kita memerlukan bantuan mereka bahkan pada seorang kurir pun menjaga networking sangat dibutuhkan.Dalam membangun bisnisnya, Chairul sangat sabar menapaki tangga bisnisnya. Selain kerja keras, pantang menyerah dan jaringan, kesabaran juga sangat penting. Chairul menyarankan agar tidak melakukan cara-cara instan karena itu hanya akan menjadi api dalam sekam bagi bisnisnya.
Membentuk Konglomerasi
Chairul Tanjung kemudian mendirikan perusahaann sendiri yang bergerak dibidang media yaitu mendirikan Trans TV. Chairul Tanjung sangat pandai dalam membangun jaringan . Perusahaannya ini semakin maju dan akhirnya berhasil membuat suatu konglomerasi yang kemudian diberi nama Para Group. Para Group sendiri kemudian membagi tiga ladang usahanya yaitu dibidang keuangan, properti, multimedia.Di bidang keuangan berkembang menjadi perusahaan seperti :· Bank Mega Tbk· Asuransi Umum Mega· Asuransi Jiwa Mega Life· Para Multifinance· Mega Capital Indonesia· Bank Mega Syariah· Mega FinanceDibidang Investasi, Para Group juga mengakuisi si Carefour Indonesia dimana awalnya hanya memegang 40% saham namun kini Para Group memegang 100% saham Carefour. Kemudian Para Group juga membeli saham Garuda Indonesia tapi entah berapa persen.Di bidang properti, Para Group memiliki perusahaan seperti :· Para Bandung Propertindo· Para Bali Propertindo· Batam Indah Investindo· Mega Indah Propertindo· Bandung SupermallDi bidang multimedia, Para Group membawahi anak perusahaan seperti :· Trans TV· Trans 7· Maha Gaya Perdana· Trans Fashion· Trans Life Style· Trans Studio· Diberitakan juga baru-baru ini Para Group juga membeli TV One dan AntVKarena keberhasilannya ini, Chairul Tanjung kemudian dinobatkan sebagai konglomerat baru di Indonesia dimana beliau berada di urutan ke 937 dunia versi majalah Forbes tahun 2010 (mungkin saat ini urutannya naik) dan juga sebagai orang terkaya ke enam di Indonesia.
Sumber :
http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.com/2013/10/biografi-chairul-tanjung-anak-singkong.html
Nah, itu tadi biografi beliau. Kita dapat memetik banyak pelajaran dari beliau. Untuk menjadi pengusaha sukses, kita harus berani mengambil segala peluang dan resikonya, jangan mudah menyerah dengan keadaan, serta kemampuan marketing sangat perlu kita miliki. karena keberhasilan kita dalam me-market-kan usaha membuat usaha yang kita dirikan ini akan bertahan lama.
Sekian dulu post saya hari ini, semoga bermanfaat untuk pembaca.
Oleh : Gesti Nopelia
Hai marketers, masih adakah di antara kalian yang belum mengetahui apa itu MEA atau AEC? Tinggal sebulan lagi lho kita bakal resmi jadi anggota MEA. Yakin deh, para marketers pasti sudah paham tentang MEA kan. MEA...memang apasih min?
MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) atau di pasaran global ASEAN sendiri lebih dikenal dengan AEC (ASEAN Economy Community) merupakan bentuk implementasi kesepakatan perdagangan bebas negara-negara ASEAN (AFTA) yang akan digencarkan mulai tahun 2015 mendatang, dimana diharapkan dapat meningkatkan daya saing ekonomi bangsa yang mengubah kelompok ekonomi menjadi pasar dan basis produksi tunggal.
Nah, lantas bagaimana sih ketenaran MEA sendiri di mata masyarakat? Sampai saat ini sebenarnya masih banyak masyarakat Indonesia yang sama sekali belum tahu terlebih paham mengenai apa itu MEA, hal tersebut bukan hanya dari masyarakat biasa tetapi di kalangan mahasiswa pun masih banyak yang belum mengetahui MEA itu sendiri.
Berdasarkan data hasil survei dan sosialisasi di tahun 2013 saja, menurut Direktur Eksekutif Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan bahwa sosialisasi MEA yang telah dilakukan pemerintah tercatat masih belum optimal 100 persen, karena sosialisasi baru dilaksanakan di 205 kabupaten dari jumlah 410 kabupaten yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Nah, para marketers yang berperan sebagai pemuda berbau harum dan penerus bangsa, terlebih mahasiswa berjiwa bisnis setia, hal-hal apa saja sih yang harus kita persiapkan dalam membantu menyambut MEA? Disini, saya akan memberikan tips sedikit bagaimana menghadapi MEA.
Source: google.doc |
1. Perdalam dan kembangkan softskill
Source: lintas.me |
2. Ikuti uji kompetensi kampus sesuai bidang studi masing-masing
Source: minerva.bg |
3. Persiapkan skor test TOEFL/TOEIC/IELTS sesuai standar internasional
Source: clark.edu |
4. Persiapkan Business Planship ataupun
proposal bisnis kemitraan
Source: google.doc |
5. Kenali tujuan atau orientasi pengembangan
bisnis anda termasuk sasaran dan bentuknya
Source: research.unsw.edu.au |
6. Lakukan penelitian berkaitan dengan kondisi perkembangan ekonomi dan marketing terlebih MEA atau AFTA di Indonesia
Source: bls.gov |
7. Tingkatkan skill anda dalam hal IT dan Marketing Management
“Coming to know MEA more closer! Get ready that you’re an Executor not an Onlooker of MEA Guys!”
Yuk, biar gak ketinggalan info terkait MEA, AFTA, dan sekitarnya tetap kunjungin linimasa IMA via blog, twitter, dan website, have enjoy...J
Compiled by Anggit Vikasari
AFTA dan Marketing? Apa Hubungannya?
Oleh : Gesti Nopelia A
Haloo! Salam marketing! Sudah menginjak bulan Desember
dan tahun 2014 sudah hampir habis. Menginjak ke tahun 2015, ada banyak isu yang
harus dihadapi bangsa ini, salah satunya adalah AFTA. Apa itu AFTA? AFTA adalah
singkatan dari ASEAN Free Trading Area, dibentuk di Singapura pada tahun 1992
dengan maksud merencanakan perdagangan bebas melaui KTT. Singkatnya semua
negara di kawasan regional ASEAN bisa melakukan perdagangan secara bebas.
Tentu saja hal ini menjadi peluang besar bagi kita,
bangsa Indonesia tentunya, untuk berkarya dan berkarir sebebas-bebasnya karena
peluang kita tak hanya di dalam negeri saja, tetapi sudah mencakup kawasan
ASEAN. Berikut ini saya mengutip sebuah artikel, tentang hal-hal apa saja yang
harus dibenahi dalam menghadapi AFTA :
Korupsi
Berdasarkan catatan Lembaga Transparency Internasional (TI), Indeks
Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia masih rendah. Skor IPK pada tahun 2013 berada
di angka 32. Indonesia terpuruk di posisi 114 dari 177 negara. Sebagai
bandingan dengan negara anggota ASEAN, Singapura dengan IPK tertinggi (86),
kemudian Brunei Darussalam (60), Malaysia (50), Philipina (36), dan Thailand
(35). Dengan demikian Indonesia hanya sedikit di atas negara Vietnam (31),
Timor Leste (30), Laos (26), Myanmar (21), dan Kamboja (20).
Data diatas menunjukkan dengan jelas bahwa kualitas penanganan korupsi
standarnya berbeda di setiap negara. Semestinya Indonesia tak perlu malu
belajar dari metode dan tegasnya Singapura dalam memberantas korupsi. Di negeri
singa, kejahatan korupsi ditindak dengan sungguh-sungguh, dan memiliki lembaga
anti korupsi yang benar-benar independen. Bahkan diperkuat dukungan oleh
komitmen politik dari pimpinan negara.
Bandingkan dengan Indonesia, meski kita sudah punya Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), namun KPK tak pernah berhenti diserang untuk
dicopoti segala kewenangannya, terutama dari konsolidasi partai politik, yang
kadernya banyak terbukti melakukan korupsi.
Iklim Investasi
Iklim investasi di Indonesia tidak berkembang karena kendala birokrasi
dan lemahya aspek yuridis dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang
berkaian dengan investasi .
Dalam kendala
birokrasi karena tak jelasnya kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, tumpang tindih. Ini kemudian diperparah keterbatasan jumlah birokrat
yang memiliki kompentensi dan professional dalam pelayanannya. Hal ini karena
proses rekrutmen, terutama di daerah banyak melanggar prinsip-prinsip
administrasi publik.
Dalam aspek yuridis formil, Beberapa peraturan yang berkaitan dengan
birokrasi dalam pelayanan investasi perlu diamandemen. Sebut saja Undang-undan
Perusahaan Terbatas (UUPT), Undang-Undang Investasi (UUI), Undang-Undang
Pertanahan, Undang-Undang Pasar Modal (UUPM), Undang-Undang Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan.
Undang-undang tersebut diterapkan tidak konsisten, bersifat
sentralistik, tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya yang tertera di
pasal-pasal yang mengaturnya. Keberadaan UU tersebut selama ini sangat
menghambat reformasi birokrasi, yang memfokuskan pada perubahan pola pikir dan
budaya birokrasi yang sehat. Tidak lagi menerapkan birokrasi warisan orde baru
yang sarat pelanggaran dalam melayani masyarakat.
Penegakan Hukum
Praktek mafia peradilan yang selama ini terjadi di dunia peradilan,
seperti tertangkapnya para Hakim, Jaksa ,dan Polisi, menunjukkan bahwa
reformasi peradilan harus terus menjadi fokus Indonesia.
Indonesia mesti mempersiapkan diri dengan baik dan serius dalam rangka
menyambut AFTA 2015. Beberapa pilar sistem peradilan yang harus terus
direformasi secara serius adalah Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi,
Kejaksaan, dan Kepolisian.
Reformasi peradilan (Judicial Reform) mutlak dilakukan oleh
masing-masing negara ASEAN. Reformasi peradilan sangat penting karena, pertama,
pengadilan sangat mendukung pemerintahan dengan membangun rule of law dan
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan ekonomi. Kedua,
pengadilan juga berperan penting dalam membuat negara sebagai otoritas menjadi accountable
terhadap aturan-aturan yang berlaku secara demokratis dan menjamin perlindungan
hak-hak asasi manusia sebagaimana telah ditetapkan konstitusi, konvensi dan
perundang-undangan.
Hal ini sangat vital karena sangat terkait dengan tuntutan adanya kepastian
hukum dalam kerjasama ekonomi antar negara di ASEAN.
Tenaga Kerja Kurang Terampil
Diberlakukannya AFTA pada tahun 2015, artinya tidak ada lagi pasar
kerja domestik, tapi yang ada adalah pasar kerja internasional. Kita harus
bersaing dengan tenaga kerja asing untuk memperebutkan lapangan kerja yang ada
di dalam negeri sekali pun.
Sejatinya Indonesia menjadi pasar tenaga kerja potensial melihat jumlah
penduduk yang sangat melimpah. Sayangnya tidak dibarengi dengan keterampilan
yang memadai.
Salah satu sebabnya adalah produk pendidikan Indonesia saat ini kurang
relevan dengan kebutuhan pasar kerja di masa depan. Pendidikan Indonesia lebih
mengarah kepada pendidikan akademis daripada pendidikan vokasional yang
menghasilkan tenaga kerja terampil. Kondisi ini kontras dengan negara maju
seperti Jepang, Australia, dimana pendidikan vokasional jauh lebih banyak
dibandingkan dengan pendidikan akademik.
Inilah yang mengakibatkan banyak sarjana Perguruan Tinggi (PT) kita
tidak menguasai aspek keahlian yang diharapkan oleh lapangan kerja. Selain itu
program keahlian selalu dianggap program sekunder dari program akademik,
sehingga kualitas peserta didik seringkali tidak memenuhi persyaratan minimal
yang diperlukan bagi pendidikan keahliannya.
Agar semakin tak tertindas persaingan, perlu rekonstruksi terhadap
dunia pendidikan kita agar misi mencetak manusia Indonesia yang kompetitif di
era globalisasi bisa tercapai. Pemerintah mesti terus menambah porsi pendidikan
kejuruan yang fokus pada pelatihan kerja atau pengalaman kerja. Pengakuan
terhadap lulusan pendidikan kejuruan juga perlu didorong kepada perusahaan,
bahkan pemerintah ketika berlangsung proses rekrutmen tenaga kerja/PNS. Saat
ini proses rekrutmen tenaga kerja masih banyak berdasarkan ijazah yang dimiliki
dan bukan kompetensi.
Tingkat Pendidikan Yang Tidak Merata
Hingga kini, dunia pendidikan Indonesia memiliki kendala yang sangat
serius pada keterbatasan akses, jumlah guru yang belum merata, serta kualitas
guru itu sendiri yang masih kurang.
Untuk menghadapi AFTA, pemerintah mesti meningkatkan pemerataan dan
kualitas pendidikan. Akses pendidikan harus dibuka seluas-luasnya untuk seluruh
masyarakat. Pendidikan Indonesia harus bisa dijangkau oleh semua lapisan
masyarakat, bahkan hingga tingkat Perguruan Tinggi.
Pemerintah juga mesti mendistribusikan guru-guru kompeten di
daerah-daerah supaya merata. Caranya mungkin bekerja sama dengan pemerintah
daerah. Kemudian dalam hal meningkatkan kualifikasi guru, Kemendikbud mesti
terus memberikan fasilitas beasiswa. Guru yang sesuai dengan kualifikasi saat
ini masih belum merata. Banyak sekolah dasar dan menengah di daerhaa kekurangan
tenaga guru. Menurut data Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud,
jumlahnya diperkirakan 112 ribu guru.
Di Pendidikan Tinggi juga sangat jomplang. Saat ini terdapat 3.500 PT
di seluruh Indonesia, namun lebih separuh berada di pulau Jawa. Di luar pulau
Jawa, banyak PT berjalan tidak sehat. Dalam mengatasi ini, pemerintah mesti
melakukan redistribusi pendidikan secepatnya, sehingga orang-orang tak perlu
urbanisasi ke kota besar demi mendaptkan pendidikan yang layak (Sumber
:http//:www. http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/03/29/5-hal-yang-mesti-dibenahi-menghadapi-afta-2015-643243.html)
Dari artikel di atas, ada 5 hal yang harus dibenahi
bangsa ini untuk mampu bersaing dengan negara lain dalam AFTA. Pertanyaannya
mampukah kita? Memang banyak kesenjangan yang ada di negara ini, kesenjangan
pendidikan, pendapatan, masih banyaknya KKN dan masalah-masalah lain. Yang
terpenting untuk merubah ini semua dimulai dari kita sendiri, sadarkan diri
kita bahwa mau tidak mau kita harus siap menghadapi AFTA, teruslah berkarya dan
tetap mengasah kemampuan SDM yang kita miliki.
Lalu apa hubungan AFTA dengan marketing? AFTA memberikan kebebasan dalam hal perdagangan.
Perdagangan dalam konteks ini tentu melibatkan perusahaan dalam menciptakan
produk, dan melibatkan SDM dalam ketenagakerjaan secara global. Perusahaan akan
sangat diuntungkan dengan adanya AFTA, karena dapat memberikan peluang
produknya dikenal secara global, namun negatifnya produk perusahaan dalam
negeri akan bersaing ketat dengan produk buatan negara tetangga yang biasanya
lebih unggul. Disinilah peran marketing dimulai, bagaimana marketing mampu
melihat segmen pasar, kemudian menentukan target pasarnya dan terakhir
menciptakan posisitioning product pada konsumen. Kesuksesan peran marketing
dalam perusahaan akan membawa dampak positif dan meningkatkan laba perusahaan.
Selain itu, peran marketing
dalam SDM/Ketenagakerjaan adalah tentang bagaimana SDM tersebut mampu me-market-kan dirinya sendiri dalam
bersaing secara global. Market SDM
adalah seberapa besar kompetensi yang ia miliki dalam bidang pekerjaannya,
profesionalitas SDM, kemampuan bahasa asing dan soft-skill yang dimilki.
About Me
Taylor Wong
Architecture Designer
The Japanese call it Hanakotoba, and King Charles II brought it to Sweden from Persia in the 17th century. Read More
Popular Posts
-
Wirausaha merupakan istilah yang diterjemahkan dari kata entrepreneur . Dalam Bahasa Indonesia, pada awalnya dikenal istilah wiraswasta y...
-
PROFIL IMA S.C. Undip adalah sebuah organisasi mahasiswa yang berkonsentrasi dibidang marketing. IMA S.C. Undip merupakan suatu bentuk ed...
-
TODAY'S MARKETING 2017 Coming back soon on September •••••••••••••••••••••••••••••• More information : line : @ivt2721y ig ...
Facebook Page
Labels Cloud
Labels List Numbered
Join Us
Powered by Blogger.
About me
About Us
- IMA Sub Chapter UNDIP
- Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
- Indonesia Marketing Association Sub Chapter Undip (IMA sc UNDIP) adalah salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang berada di Universitas Diponegoro Indonesia Marketing Association tidak hanya ada di Universitas Diiponegoro saja namun di beberapa Universitas yang mana dibawah naungan IMA Indonesia. Sehingga akan menambah relasi antar Universitas. Indonesia Marketing Association Merupakan anggota dari World Marketing Association (WMA) dan The Global Compact