Strategi pemasaran yang handal merupakan kebutuhan pokok setiap produk untuk tetap eksis di dunia marketing. Mengapa tidak ? Jelas sekali, bahwa penetapan konsep yang ideal dapat mempengaruhi sejauh mana konsumen mencitrakan sebuah produk.
Yang terbaru salah satunya, dilakukan oleh Yamaha. Dengan program ”Yamaha Religi”, produk ini berhasil mem-approach penduduk Indonesia yang mayoritas muslim. Pendekatan religius ini berhasil menembus celah sebagai pintu gerbang untuk menarik perhatian khalayak.
Dengan melakukan road show Tabligh Akbar ke berbagai kota, konsumen tentunya akan lebih mudah terpersuasi. Melalui tema ”Indahnya Berbagi”, sisi religi digunakan sebagai sisi lain yang membuat image lebih kental di benak konsumen.
Apalagi seorang makmum cenderung mencontoh apa yang dilakukan Sang Kyai, Ustadz ataupun Sang Habib. Seperti yang terjadi dalam kebiasaan memakai suatu merek sarung. Jika seorang Kyai yang dihormati memakai merek A, secara tidak langsung makmum yang menjadi jamaah taat akan mengikuti tindakan yang dilakukan Sang Kyai tersebut. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Yamaha untuk memanfaatkan multiplier effect dari satu pendekatan.
Selain sisi keagamaan, Yamaha juga melakukan terobosan marketing dengan mensponsori MotoGP secara konsisten. Pemutaran iklan di jeda acara MotoGP dimanfaatkan dengan efisien. Iklan ini mau tidak mau mempengaruhi para MotoGPholic untuk (secara sengaja ataupun tidak) diterpa dengan pesan yang disampaikan. Yaitu melalui moto ”Selalu Terdepan” (untuk TV Lokal) dan ”Touching Your Heart” (untuk TV Asing).
Belum lagi jika Valentino Rossi menjadi juara. Momentum promosi akan lebih digencarkan melalui pembalap yang akrab dengan panggilan The Doctor ini. Sayangnya, tahun 2006 Honda mencuri kesempatan ini lewat kemenangan Nicky Hayden.
Strategi lain yang juga dilakukan adalah promosi melalui Si Komeng naik MX. Dimana ia merobohkan apa saja yang dilewatinya. Baik itu jembatan, pasar, motor, dll. Intinya, pesan tersebut berupaya menyampaikan bahwa motor Yamaha larinya kenceng.
Sedangkan untuk menerangkan masalah irit dianalogikan dengan setetes sendok. Maksudnya, harga setetes bensin tidak ada apa-apanya dibanding harga motor kompetitor yang lebih tinggi. Sehingga diharapkan konsumen lebih cerdas dalam memilih produk atas dasar ini.
Sayangnya, tetap ada kelemahan dari pendekatan yang digunakan. Misalnya masalah klub yang belum tereksplor dengan baik. Bandingkan saja dengan Honda yang mempunyai banyak klub dengan anggota yang fanatik. Namun, tetap saja strategi yang dilakukan sejauh ini telah mampu menggoyang hegemoni pesaing terdekatnya, HONDA.(Fitri)
sumber : http://triatmono.wordpress.com
Yang terbaru salah satunya, dilakukan oleh Yamaha. Dengan program ”Yamaha Religi”, produk ini berhasil mem-approach penduduk Indonesia yang mayoritas muslim. Pendekatan religius ini berhasil menembus celah sebagai pintu gerbang untuk menarik perhatian khalayak.
Dengan melakukan road show Tabligh Akbar ke berbagai kota, konsumen tentunya akan lebih mudah terpersuasi. Melalui tema ”Indahnya Berbagi”, sisi religi digunakan sebagai sisi lain yang membuat image lebih kental di benak konsumen.
Apalagi seorang makmum cenderung mencontoh apa yang dilakukan Sang Kyai, Ustadz ataupun Sang Habib. Seperti yang terjadi dalam kebiasaan memakai suatu merek sarung. Jika seorang Kyai yang dihormati memakai merek A, secara tidak langsung makmum yang menjadi jamaah taat akan mengikuti tindakan yang dilakukan Sang Kyai tersebut. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Yamaha untuk memanfaatkan multiplier effect dari satu pendekatan.
Selain sisi keagamaan, Yamaha juga melakukan terobosan marketing dengan mensponsori MotoGP secara konsisten. Pemutaran iklan di jeda acara MotoGP dimanfaatkan dengan efisien. Iklan ini mau tidak mau mempengaruhi para MotoGPholic untuk (secara sengaja ataupun tidak) diterpa dengan pesan yang disampaikan. Yaitu melalui moto ”Selalu Terdepan” (untuk TV Lokal) dan ”Touching Your Heart” (untuk TV Asing).
Belum lagi jika Valentino Rossi menjadi juara. Momentum promosi akan lebih digencarkan melalui pembalap yang akrab dengan panggilan The Doctor ini. Sayangnya, tahun 2006 Honda mencuri kesempatan ini lewat kemenangan Nicky Hayden.
Strategi lain yang juga dilakukan adalah promosi melalui Si Komeng naik MX. Dimana ia merobohkan apa saja yang dilewatinya. Baik itu jembatan, pasar, motor, dll. Intinya, pesan tersebut berupaya menyampaikan bahwa motor Yamaha larinya kenceng.
Sedangkan untuk menerangkan masalah irit dianalogikan dengan setetes sendok. Maksudnya, harga setetes bensin tidak ada apa-apanya dibanding harga motor kompetitor yang lebih tinggi. Sehingga diharapkan konsumen lebih cerdas dalam memilih produk atas dasar ini.
Sayangnya, tetap ada kelemahan dari pendekatan yang digunakan. Misalnya masalah klub yang belum tereksplor dengan baik. Bandingkan saja dengan Honda yang mempunyai banyak klub dengan anggota yang fanatik. Namun, tetap saja strategi yang dilakukan sejauh ini telah mampu menggoyang hegemoni pesaing terdekatnya, HONDA.(Fitri)
sumber : http://triatmono.wordpress.com