Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu kegiatan dari manajemen perusahaan yang sering dianggap sebagai sebuah etika bisnis. Kegiatan ini merupakan komitmen yang secara berlanjut terus dilakukan oleh perusahaan sebagai wujud tanggung jawabnya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. CSR pun dapat dijadikan sebuah investasi bagi perusahaan di mana para pemangku kepentingan dan pengguna kepentingan dapat berinteraksi dengan baik untuk saat ini dan ke depannya. Tidak mengherankan, fokus pada kegiatan ini terus dikembangkan.
Seperti dikemukakan oleh Peter Brew dari International Business Leaders Forum (IBLF) , kondisi dunia saat ini sedang “on fire”. Hal tersebut ditandai oleh kondisi keuangan dan pereknomian yang tidak stabil, landscape ekonomi yang baru, kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, kekayaan di antara kemiskinan, maraknya korupsi, konflik yang terus melebar dalam masyarakat serta kondisi sosial yang tidak stabil. Menurutnya hal-hal tersebut memberikan dampak kepada setiap perusahaan yang hubungannya dengan tindak lanjut dalam pelaksanaan CSR-nya.
“Dampaknya pada bisnis yang pertama adalah bahwa ketidakpastian dan ketakutan akan menyebabkan kondisi berjalan ke arah yang lebih buruk,” ujarnya. Selain itu, beberapa resiko bisnis akan meningkat misalnya resiko pada market dan supply, resiko hubungan dengan klien serta yang lainnya. Dan dampak yang terakhir adalah masuknya campur tangan pemerintah untuk setiap kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Menurut Peter, dari sejumlah dampak tersebut, tantangan yang muncul bagi setiap perusahaan antara lain tanggung jawab untuk mengaspirasikan keseimbangan sosial, ekonomi dan lingkungan, mencari inovasi-inovasi sosial, serta mengkaji kembali peranan bisnis perusahaan dalam sebuah komunitas.
Dari semua tantangan tersebut, pimpinan perusahaan memegang peranan yang cukup penting. Peter menuturkan, ada beberapa hal yang pokok yang harus diperhatikan oleh pemegang kekuasaan di perusahaan terkait denagn kegiatan CSR. Di antaranya adalah, CSR merupakan salah satu strategi bisnis bukan merupakan pelengkap, implementasi dari praktek kebijakan, peluang strategi bisnis berupa hubungan dengan komunitas-komunitas maupun partner-partner sosial. “Kepemimpinan juga harus menyebarkan penagruh-pengaruhnya kepada para social partners seperti komunitas sipil, pemerintah, akademisi, maupun para pebisnis lainnya,” kata Peter lagi.
Sumber : http://www.swa.co.id
About Me
Taylor Wong
Architecture Designer
The Japanese call it Hanakotoba, and King Charles II brought it to Sweden from Persia in the 17th century. Read More
Popular Posts
-
Wirausaha merupakan istilah yang diterjemahkan dari kata entrepreneur . Dalam Bahasa Indonesia, pada awalnya dikenal istilah wiraswasta y...
-
PROFIL IMA S.C. Undip adalah sebuah organisasi mahasiswa yang berkonsentrasi dibidang marketing. IMA S.C. Undip merupakan suatu bentuk ed...
-
TODAY'S MARKETING 2017 Coming back soon on September •••••••••••••••••••••••••••••• More information : line : @ivt2721y ig ...
Facebook Page
Labels Cloud
Labels List Numbered
Join Us
Powered by Blogger.
About me
About Us
- IMA Sub Chapter UNDIP
- Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
- Indonesia Marketing Association Sub Chapter Undip (IMA sc UNDIP) adalah salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang berada di Universitas Diponegoro Indonesia Marketing Association tidak hanya ada di Universitas Diiponegoro saja namun di beberapa Universitas yang mana dibawah naungan IMA Indonesia. Sehingga akan menambah relasi antar Universitas. Indonesia Marketing Association Merupakan anggota dari World Marketing Association (WMA) dan The Global Compact
No comments:
Post a Comment